Penamadura.com, Sumenep 21 Maret 2019 – Kegiatan Cawapres nomor urut 01 KH. Ma’ruf Amin di PP. Annuqayah dinilai oleh kiai sepuh mencidrai etika pesantren. Pasalnya, kegiatan tersebut semula hanya untuk pemberian ijazah kitab shahih bukhari, namun faktaya menjadi kegiatan politik dan kampanye pasangan calon presiden.
KH. Abd. Muqshit Idris, salah satu sesepuh PP. Annuqayah menilai kegiatan semacam itu patut tidak dicontoh karena merupakan akhlak madzmumah.
“Pada saya pamit pemberian ijazah, tetapi nyatanya dilapangan malah kegiatan kampanye, Apalagi kampanyenya itu diletakkan di halaman kampus yang sebenarnya tidak boleh ditempati kampanye,” kata Kiai Muqshit, Kamis (21/03/2019)
Menurut Kyai Muqshit, seharusnya kalau memang ada kegiatan kampanye sebaiknya berterus terang saja kepada dirinya yang merupakan salah satu sesepuh di PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep.
“Mengapa tidak terus terang saja kalau ada kampanye. Mengapa harus bohongi saya. Ini yang penting saya sampaikan. Sebagai pelajaran bagi anak-anak muda sekarang,” Terang Kyai Muqshid.
Lalu kyai Muqshit menyampaikan sebuah kisah. Suatu ketika Rasulullah ditanya soal hukumnya orang yang mencuri, kepada sahabat yang bertanya Rasul menjawab, potong tangan.
“Meskipun Fatimah (putri nabi) kalau mencuri harus di potong tangannya. Artinya dalam hal ini, meskipun yang berbuat kesalahan adalah keluarga saya sendiri, bila salah saya harus katakan salah. Hal ini biar jadi pembelajaran kepada semua, wabil khusus anak-anak saya sendiri di pesantren,” terangnya.
Ditempat Terpisah, panitia penyelenggara kegiatan Kyai Ma’ruf Amin di PP. Annuqayah, K. M. Ainul Yaqin mengatakan pihak penyelenggara memang mengaku keliru soal rentetan kegiatan Kiyai Ma’ruf Amin. Menurutnya, kegiatan Kiyai Ma’ruf ke Annuqayah sebetulnya murni hanya sebatas pengajian biasa tidak ada unsur kampanye atau politik.
“Hanya saja dalam perjalanannya, memang ada hal yang tidak bisa kami kontrol sebagaimana disampaikan oleh Kiai Muqshit. Itu murni kesalahan kami sebagai penyelenggara dan atas semua itu, kami mohon maaf utamanya kepada Kiai Muqshit selaku sesepuh di ponpok pesantren Annuqayah,” katanya
Pengasuh muda Annuqayah yang akrab disapa Kiyai Nonong ini menjelaskan bahwa kedatangan Kiyai Ma’ruf ke Annuqayah murni silaturrahim dan pemberian ijazah Kitab Shahih Bukhari. Munculnya agenda politik dalam kegiatan tersebut juga membuat pihak penyelenggara kebingungan, sebagai penyelenggara Kiyai Nonong meminta maaf atas kejadian tersebut.
“Makanya atas nama penyelenggara kegiatan, kami mohon maaf kepada kiai sepuh dan juga masyarakat atas munculnya kampanye saat kegiatan pemberian ijazah Shahih Bukhari pada selasa lalu. ” punhkasnya.Man/Emha