Pena Madura, Sumenep, 25 Agustus 2020 – Dalam rangka pemulihan ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi Covid 19, puluhan pemuda di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur dilatih membatik.
Pelatihan itu diberikan secara gratis oleh Wirausaha Muda Sumenep (WMS), agar para muda dari berbagai wilayah di Sumenep itu bisa meningkatkan kreatifitas sekaligus menambah penghasilan dari usaha membatik.
Sedikitnya, ada 70 orang peserta baik laki-laki mapun perempuan. Mereka antusias mengikuti pelatihan membatik, mulai dari membuat sketsa, melukis malan di kain batik hingga mewarnai batik.
Corak batik yang dibuat para peserta itu merupakan maskot Kabupaten Sumenep. Ada keris, Masjid Jamik hingga Ayam Bekisar. Ketiga corak batik itu, merupakan yang paling banyak diminati masyarakat.
Salah satu peserta dari Kecamatan Batuan, Badrus Sholeh mengaku sudah setengah bulanan ikut pelatihan membatik WMS. Ia mengaku tertarik membatik untuk menyalurkan kreatifitasnya.
“Awalnya saya melihat di media sosial batik WMS kok bagus-bagus. Akhirnya punya ketertarikan untuk ikut pelatihan agar kreatifitas saya juga bisa tersalurkan,” katanya, Selasa (25/8/2020).
Menurutnya, membatik membutuhkan ketelatenan agar karya yang dihasilkan bisa menarik. Selama ikut pelatihan ia mengaku dibimbing dengan baik oleh para mentor sehingga kendala yang ia hadapi lambat laun bisa diatasi.
“Awalnya membatik terlihat sulit namun berkat bimbingan pelatih alhamdulillah sekarang sudah bisa. Saya harapkan kedepan akan semakin banyak pegiat batik agar warisan budaya Indonesia ini bisa tetap dilestarikan,” terangnya.
Menurut Badrus, bisnis batik di Indonesia, khususnya Sumenep sangat menjanjikan. Apalagi disaat perekonomian serba sulit karena pandemi Covid-19 ini, batik bisa menjadi solusi. Selain menguntungkan dari sisi ekonomi juga ikut andil melestarikan budaya nusantara.
Sementara mentor pelatihan membatik WMS, Busaki menerangkan, peminat pelatihan membatik disaat pandemi ini cukup banyak. Oleh karena itu pihaknya membagi menjadi tiga lokasi pelatihan, di Kecamatan Kota, Pragaan dan Gapura.
“Ini sudah pelatihan kelima kalinya program Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui WMS. Alhamdulillah kali ini pesertanya sangat antusias sehingga kita bagi menjadi tiga tempat,” terangnya.
Dalam pelatihan membatik itu, pihaknya menargetkan peserta mampu berwiarausaha sendiri. Oleh karena itu setiap tahapan materi yang belum benar-benar dikuasai, peserta bisa terus mengasah dengan didampingi para pelatih.
“Dengan pelatihan ini, kami harapkan peserta nantinya mampu berwirausaha sendiri. Jadi dengan berbekal kemampuan membatik itu mereka kedepan bisa berkreatifitas untuk meningkatkan perekonominya,” tambahnya.
Sebelum pandemi covid-19 melanda Indonesia, Batik Rato WMS sebenarnya cukup diminati masyarakat. Produk batik WMS seringkali dipakai diberbagai ajang busana diwilayah Jawa Timur oleh Yayasan Putri Indonesia.
Bahkan, Arumi Bachsin, istri Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak mengaku tertarik dengan batik karya pemuda di Sumenep itu. Ia berharap kedepan terus ditingkatkan untuk melestarikan warisan budaya indonesia tersebut. (Emha/Man).