Seminggu Terakhir Pembelian Tembakau di Tingkat Petani Mandeg

oleh

Pena Madura, Sumenep, 13 September 2019 – Sekitar satu minggu terakhir pembelian tembakau di tingkat petani di Sumenep, Madura, Jawa Timur mandeg. Akibatnya petani tembakau was-was dan khawatir.

Seperti yang terjadi di Desa Meddelan, Kecamatan Lenteng, tembakau rajang kering petani tidak terjual akibat tidak adanya pembeli. Di beberapa teras rumah warga terlihat tumpukan tembakau.

Salah satu Petani, Habib mengaku khawatir dengan kondisi tataniaga tembakau tahun ini. Selain harga tidak sesuai dengan harapan petani, pembeli pun sepi.

“Musim tembakau kali ini tidak menggembirakan seperti tahun-tahun sebelumnya. Saat ini tembakau disini tidak ada yang beli, tidak seperti tahun lalu,” katanya. Jum’at (13/09/2019).

Ia mengaku tidak mengerti dengan permintaan dan harga tembakau saat ini, padahal menurutnya musim kemarau tahun ini tidak kalah bagus dengan tahun lalu sehingga kualitas tembakau dipastikan bagus.

“Awalnya harga tembakau disini dikisaran 35 hingga 40 ribu rupiah. Tapi saat ini paling tinggi hanya 33 ribu, bahkan paling rendah hanya seharga 22 ribu rupiah per kilo gram,” tambahnya.

Selain harganya murah pembeli pun sepi, jika tetap demikian dipastikan petani tembakau tahun ini merugi. Ia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membantu petani. Paling tidak tembakau petani terbeli dengan harga yang layak.

Menanggapi kondisi ini, Arif Firmanto, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Kabupaten Sumenep mengaku sudah menyurati gudang di Sumenep.

“Kemarin kami sudah menyurati dua gudang yang beroperasi di Sumenep. PT. Gudang Garam di Guluk-Guluk dan PT. Surya Kahuripan di Desa Patean. Kami meminta agar optimal menyerap tembakau petani,” terangnya.

Arif mengaku juga sudah menghubungi PT. Jarum agar kedepan juga melakukan pembelian tembakau di Sumenep tak hanya melulu di Pamekasan.

“Kita juga sudah berupaya ke PT. Jarum di Kudus agar bisa membuka gudang di Sumenep, tapi mereka saat ini masih mempertimbangkan biaya BEP-nya,” tuturnya.

Selain itu, Dispertahortbun bersama dinas terkait mengaku sudah melakukan monitoring ke gudang-gudang diwilayah Sumenep. Dalam waktu dekat pihaknya akan mengagendakan kembali. (Emha/Man).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *