Puluhan Tahun Mengabdi Guru Honorer Terima Honor 500 Ribu Setiap Bulan

oleh
Zaini (46) Guru Honorer saat Mengajar di SDN Karanganyar (24/11/18)

Penamadura.com, Sumenep 23 November 2018 – Pemerintah telah mengalokasikan anggaran 20 persen dari APBN untuk anggaran pendidikan, namun banyak guru honorer dinegeri ini harus berprofesi ganda karena honornya sebagai guru masih jauh dari kata layak.

Tugas seorang guru sangat mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi masa depan yang gemilang, namun disisi lain seorang juga harus berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya menafkahi dirinya dan keluarganya, karena honornya sebagai guru honorer sangat kecil bahkan jauh dibawah upah minimum Kabupaten (UMK).

Seperti yang di alami Zaini (46), Warga Desa Karanganyar yang menjadi Guru Honorer SDN Karanganyar Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. ia mengaku telah menggeluti profesi sebagai guru honorer sejak 14 tahun lalu mulai tahun 2014 di salah satu SDN di Kecamatan Batu Putih, kemudian pindah ke SDN Karanganyar pada 2007 sampaisekarang.

“Pertama mengajar tahun 2004 saya di SDN Kecamatan Batu Putih,” Kata Zaini, ditemui usaiengajar di SDN Karanganyar, Jum’at (24/11/2018).

Zaini mengaku selama mengakar ia mendapatkan honor sebesar Rp. 500 ribu, dari sekolah Rp. 150. ribu dan insentif dari Pemerintah Daerah Rp. 350 ribu setiap bulan, kecilnya honor yang diterima tak membuatnya kehilangan semangat untuk mengajar, bahkan setiap hari tak pernah absen mengajar dengan tekun.

“Mengajar itu bagi saya sudah panggilan nurani untuk mencerdaskan anak bangsa,” Kata Zaini, menambahkan.

Sejumlah Siswa Pak Zaini di SDN Karanganyar mengaku merasa nyaman diajari oeh beiau, karena pribadinya yang ulet dan sabar selalu memberikan semangat pada anak-anak sehingga siswanya merasa senang.

“Pak Zaini orangnya enak kalau ngajar mudah dimengerti cara mengajarnya dan menyenangkan,” Kata Hidayat, salah satu siswa.

Zaini, yang memang hidup dilingkungan petani Garam, sehingga disamping mengajar ia juga bertani garam seperti warga lainnya, karena jika mengandalkan honornya mengajar tak mungkin  bisa menghidupi keluarganya istri dan dua anaknya.

Sehingga setiap hari pagi sampai siang ia mengajar ke sekolah, dan setelah pulang mengajar ia langsung berganti baju dan pergi ke tambak garam untuk bertani, karena berokahnya mengajar dengan ikhlas, tani garam yang digelutinya mampu mencukupi kebutuhan menafkahi keluarganya bahkan juga menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah.

Zaini adalah salah satu dari ribuan guru honorer di Indonesia yang bernasib sama secara ekonomi, mereka berharap melalui momentum hari guru Nasional 25 November 2018 Pemerintah lebih serius memikirkan kesejahteraan guru Honorer yang telah bekerja puluhan tahun mengabdi kepada Negara melalui profesinya mencerdaskan generasi masa depan.Man/Emha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *