Pena Madura, Sumenep, 16 Agustus 2019 – Besok Sabtu (17/08/2019), Bangsa Indonesia akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaanya yang ke 74. Bahkan, malam ini, Jum’at (16/08/2019), Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menggelar Syukuran Kemerdekaan.
Layaknya syukuran acara itu dimeriahkan dengan pemotongan tumpeng oleh para pejabat setempat. Tapi nyatanya euforia kemerdekaan tak sepenuhnya dirasakan rakyat Sumenep.
Seperti yang dialami Nenek Jumanti (60), warga Dusun Gunggung Timur, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan yang hidup sebatang kara. Hingga kini ia tetap berjuang melawan “penjajahan” kemiskinan dengan menjadi seorang pemulung pengais sampah.
Nenek yang sudah berusia udzur itu kini hidup sebatangkara dirumah tuanya yang hanya beralaskan tanah. Sementara dapurnya saat ini sudah roboh. Setiap hari ia menyambung hidup dari mengais sampah tanpa perhatian pemerintah.
Padahal pemerintah melalui Dinas Sosial mempunyai berbagai program untuk warga senasib Nenek Jumanti itu. Entah kenapa nenek yang satu itu luput dari program.
Selama 12 tahun terakhir, Nenek Jumanti mengaku belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah setempat.
Nenek Jumanti memang tercatat sebagai penerima manfaat beras sejahtera (Rastra) di Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep. Namun dalam beberapa bulan terakhir dirinya tidak lagi menerima bantuan tersebut.
“Saya bulan puasa itu ke balai desa untuk mengambil beras, ternyata di sana berasnya sudah tidak ada, sudah ada yang ngambil kata petugasnya,” ungkap Nenek Jumanti sambil meneteskan air mata.
Saat ditanya soal Program Keluarga Harapan (PKH) maupun program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Nenek Jumanti mengaku tidak tahu soal itu.
Berdasarkam ingatan sang nenek, hingga kini dari pemerintah termasuk Dinas Sosial sekalipun belum pernah datang untuk memperhatikan kondisinya. Sehingga ia harus berjuang sendirian demi mencari kemerdekaanya sendiri.
Melihat kondisi Nenek Jumanti yang miris itu, benarkah Bangsa Indonesia sudah merdeka ketika warganya tak merasakan nikmatnya kemerdekaan? Lalu pentingkah syukuran kemerdekaan digelar jika program pemerintah tak mampu memerdekakan rakyatnya.?! (Emha/Man)