Pena Madura, Sumenep, Kamis 18 Januari 2018- Melambungnya harga beras di pasaran sejak sebulan terakhir benar-benar membuat masyarakat kecil menengah kebawah resah, sebab harga beras mencapai dua belas ribu rupiah per 1 kg atau satu juta dua ratus ribu per kwintal, padahal sebelumnya harga beras premium paling tinggi di kisaran Rp 800 hingga 9000 ribu/kwintal.
Sehingga banyak warga kelas menengah ke bawah memilih membeli beras dari petani langsung atau ke tempat penyelipan gabah, karena selain harganya lebih murah, kwalitas berasnya lebih terjamin alami karena tanpa menggunakan pengawet atau pemutih.
Nur hasanah (45) salah satu warga Desa Parsanga Kecamatan Kota Sumenep, mengaku lebih senang membeli beras dari petani langsung karena kwalitasnya lebih terjamin kemurniannya, sementara kalau beras kemasan di toko-toko biasanya kebanyakan sudah melalui proses pengawetan atau menggunakan pemutih supaya kelihatan bagus.
“Saya kalau beli beras lebih memilih kepada petani langsung, mereka biasanya menjual berasnya di tempat penyelipan padi, kata nur hasanah,” katanya, Kamis (18/1/2018).
Sementara, Zainuddin (42), salah satu jasa selip gabah di Desa Baraji mengatakan sejak sebulan terakhir ini, banyak petani yang menjual berasnya karena mereka mengejar harga beras yang tinggi, di tempat penyelipan gabah harga beras saat ini mencapai Rp. 1 juta lima puluh ribu perkwintal, kemudian oleh jasa penyelipan gabah beras yang dari petani biasanya di jual lagi dengan harga 1 juta seratus perkwintal atau Rp. 11.000/kg.
“Saya beli ke petani Rp 10.500/ kg terus saya jual lagi Rp. 11.000/ kg,” ucapnya.
Melambungnya harga beras sejak sebulan terakhir memang sangat di rasakan berat dampaknya oleh masyarakat kelas menengah kebawah, kondisi ini seharusnya bisa di antisipasi oleh pemerintah sehingga harga beras tidak sampai melambung tinggi sehingga membebani kemampuan masyarakat kecil. (Man)