Pena Madura, Sumenep, Rabu 07 Maret 2018 – BBM satu harga yang diintruksikan pemerintah, sampai saat ini masih belum di rasakan Warga Kepulauan Sumenep, Madura, Jawa Timur. Padahal di kepulauan sudah ada beberapa Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) sebagai penyalur resmi yang ditunjuk oleh Pertamina.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) sebagai badan yang melakukan pengaturan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM), menemukan adanya indikasi kuat penyaluran BBM di kepulauan tidak sesuai dengan ketentuan Pertamina.
Hendry Ahmad, Anggota Komite BPH Migas mengatakan, penyaluran BBM dari APMS tidak langsung kepada konsumen atau pengguna, namun masih melalui pengepul yang menggunakan drum.
“Setelah dari pengepul, BBM kemudian disalurkan kepada pengecer yang menjadi langganan mereka, baru kemudian pengecer menjualnya kepada konsumen dengan harga tinggi,” katanya.
Hendry mengaku akan segera mengkaji temuannya tersebut dan akan segera berkoordinasi dengan Pertamina terkait hasil pengawasannya dilapangan. Apabila terbukti ada penyelewengan, maka pihaknya akan mengeluarkan APMS tersebut dari perusahaan penyalur BBM penerima subsidi dari pemerintah.
“Kalau terbukti ada penyelewengan, nanti dalam verifikasi kami, kami keluarkan perusahaan itu dari penyalur bbm penerima subsidi dari pemerintah,” tambahnya.
Sementara Moh. Hosni, salah satu pengusaha APMS di Pulau Kangean, tidak membantah adanya temuan yang disampaikan BPH Migas. Namun pihaknya mengklaim telah menjual BBM langsung kepada masyarakat, sesuai rekomendasi dari Pertamina dengan harga yang di tentukan Pertamina.
“Saya tidak pernah punya pengepul karena saya sebagai pemilik langsung menjual kepada komsumen itu dengan harga premium 6.550 rupiah dan solar 5.150 rupiah. Itu sudah tidak ada pengepul karena saya ditugaskan untuk menyampaikan ke seluruh masyarakat Kangean,” katanya. Rabu (07/03/2018).
Hosni juga mengaku salut kepada Komunitas Warga Kepualuan (KWK) Sumenep, karena telah mendatangkan BPH Migas untuk melakukan pemantauan. Selama ini banyak keluhan warga, karena harga BBM dinilai terlalu tinggi mencapai 10 ribu rupiah perliter.
“Saya ajungi jempol kepada KWK karena sudah mendatangkan BPH Migas kesini,” tutupnya.(Man/EmHa).