Penamadura, Sumenep 29 Maret 2021 – Keberadaan RSUD Abuya Kangean tak ubahnya seperti Puskesmas, sehingga banyak keluhan warga soal pelayanan karena kebutuhan dasar RSUD sampai sekarang tidak dipenuhi seperti dokter spesialis dan bedah.
Akibat kebutuhan dasar RSUD tak kunjung dipenuhi oleh Pemerintah, sehingga peresmian RSUD Abuya Kangean pada pertengahan September 2020 lalu yang terkesan dipaksakan semakin nyata, karena sampai hari ini rumah sakit pertama di wilayah Kepulauan Sumenep itu hanya bisa melayani rawat inap, pengobatan dasar dan persalinan normal.
“Sementara pelayanan yang ada pengobatan dasar, rawat inap, rawat jalan dan persalinan normal,” kata PLT Direktur RSUD Abuya Kangean, H. Musaid, melalui sambungan telepon, Senin (29/03/2021).
Sehingga pasien RSUD Abuya Kangean selama ini yang membutuhkan tindakan medis agak berat harus dirujuk ke daratan Sumenep, karena tenaga medis maupun perlengkapan medisnya masih sangat terbatas, sehingga alternatifnya pasien yang butuh tindakan agak berat mau tidak maua harus dirujuk.
“fasilitasnya kan belum memenuhi syarat disana, dokter spesialisnya tidak ada, peralatannya juga belum memadai,” terang Musaid.
Kondisi tersebut sangat disesalkan warga Kepulauan karena pemerintah kesannya tidak serius membangun rumah sakit Kepulauan yang ada di Kangean, buktinya sejak diresmikan pada pertengahan September 2020 lalu, pelayanan kesehatan yang dirasakan masyarakat masih seperti Puskesmas.
“Rumah sakit Abuya Kangean itu pelayannya sama saja dengan Puskesmas, buktinya pasien yang butuh penanganan medis berat masih dirujuk ke daratan,” kata Mustari, Warga Kepulauan Kangean.
Kondisi Rumah Sakit Abuya yang masih belum sesuai harapan itu menurutnya menunjukkan kalau Pemerintah bukan hanya setengah hati membangun rumah sakit Kepulauan, tapi betul-betul tidak serius ingin memberikan pelayanan kesehatan yang setara dengan daratan.
“kondisi itu kan menunjukkan bahwa Pemerintah tidak serius ingin memberikan pelayanan kesehatan yang setara dengan daratan di Kepulauan,” terang Mustari.
Bahkan transfusi darah yang juga merupakan kewajiban dasar yang harus dimiliki rumah sakit juga tidak ada, sehingga ketika ada pasien butuh darah harus di rujuk ke daratan, pasien mau melahirkan harus melalui bedah harus di rujuk ke daratan, kondisi tersebut parahnya sering berakibat fatal pada pasien karena harus menempuh perjalanan laut berjam-jam.(Man/Emha)