Pena Madura, Sumenep, 22 Desember 2018 – Untuk mengembalikan kembali kedaulautan agraria di bumi Madura, Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) dan Barisan Ajaga Tana Ajaga Na’poto (BATAN), menggelar kongres petani dan santri Madura 2018.
Kegiatan itu, untuk merespon meraknya proyek agraria oleh para pemodal yang banyak menggerus lahan pertanian tanpa memperhatikan kearifan lokal.
Kegiatan yang digelar di aula lantai dua Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengangkat tema “Islam, Pesantren dan Kedaulatan Petani di Madura”. Acara itu dibuka langsung oleh Ketua PCNU Sumenep, K. Panji Taufiq.
Ketua FNKSDA, Moh. Royhan Fajar menerangkan, Kongres petani dan santri ini untuk merespon maraknya poyek agraria yang belakangan marak dan mengorbankan lahan pertanian masyarakat.
Oleh karena itu, santri yang notabennya petani harus segera mengambil sikap agar para investor dan pemangku kebijakan memperhatikan kearifan lokal, dalam hal ini kebutuhan petani pata lahan pertaniannya.
“Ini merupakan langkah awal untuk mengakomodir petani dan santri di Madura agar lebih sadar dengan kondisi agraria. Sikap ini diambil karena madura menjadi target pemilik modal untuk mengembangkan bisnisnya,” terangnya. Sabtu (22/12/2018).
Pria yang akrab disapa Royhan berharap, dengan digelarnya Kongres Petani dan Santri Madura 2018, kedepan bisa menjadi wadah gerakan dan kebangkitan untuk kemakmuran petani di Madura, khususnya di Sumenep. (Emha/Man).