Pena Madura, Sumenep, 29 Januari 2021 – Gelombang penolakan rencana legalisasi pertambangan fosfat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus berdatangan. Kali ini dari pemuda di Kecamatan Ganding yang perduli terhadap kelangsungan lingkungan.
Sebagai bentuk penolakan pada pertambangan fosfat dan kerusakan lingkungan akibat tambang, Solidaritas Sadar Lingkungan Ganding (Solid) akan melakukan Rokat Gunung, Konser dan Orasi Lingkungan.
Rokat Gunung itu tidak lain sebagai bentuk ikhtiar pemuda dan masyarakat Kecamatan Ganding untuk mengusir para cukong dan dedemit berdasi yang akan merusak lingkungan di wilayah Kecamatan Ganding dengan melakukan pertambangan fosfat.
Sementara Konser dan Orasi Lingkungan, sebagai wadah sosialisasi dan penyadaran tentang dampak pertambangan fosfat kepada masyarakat. Aksi itu sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan anak cucu kita dalam jangka panjang.
Kegiatan penolakan tambang fosfat itu akan digelar pada Hari Sabtu, 30 Januari 2021, pukul 19.00 WIB bertempat di Pendopo Kecamatan Ganding. Untuk Rokat Gunung sendiri rencananya akan dipimpin langsung oleh KH. Musyfiq Karay.
Untuk Konser dan Orasi Lingkungan akan diisi oleh berbagai pihak, mulai wakil rakyat di DPRD Sumenep, seperti Irwan Hayat, Ahmad Jasuli, Naufil, Ahmad Suwaifi, serta tokoh masyarakat Kiai Faizi El-Kaelan.
Koordinator Solid, Moh. Ruli menerangkan, rangkaian kegiatan menolak beroperasinya tambang fosfat itu sebagai respon dari masyarakat Kecamatan Ganding, terhadap upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep yang akan melegalkan pertambangan fosfat dengan mereview RTRW.
“Beberapa desa di Ganding masuk dalam objek pertambangan fosfat, seperti Gadu Timur misalnya. Makanya kami tidak ingin desa kami yang hijau, banyak pepohonan, sejuk subur dan banyak sumber mata air dirusak menjadi desa yang kering, berlubang dan menakutkan jika penambangan itu terjadi. Desa kami hanya akan menjadi desa yang akan dihuni oleh dedemit,” katanya, Jum’at (29/1/2021).
Ia melanjutkan, jika pertambangan fosfat dipaksakan tidak hanya kerusakan lingkungan yang akan terjadi, namun juga berpotensi mendatangkan bencana. Mulai dari kekeringan, banjir, longsor dan sebagainya.
“Dampaknya tentu pada petani. Mereka akan kehilangan penghasilan. Bagaimana bisa petani bercocok tanam jika banyak tanah dan lahan yang di keruk. Fosfatnya diambil dan tanahnya menjadi tidak subur lagi. Sumber air akan kering, bagaimana nasib anak cucu kita 5-10 tahun kedepan,” terangnya.
Dengan banyaknya dampak negatif itu, pemuda dan masyarakat Ganding sepakat menolak pertambangan fosfat. Apalagi, dari hasil kajiannya tambang fosfat hanya menguntungkan pengusaha dan penguasa. Sebaliknya, merugikan banyak masyarakat dan bahkan akan menjadi warisan kesengsaraan dalam jangka panjang. (Emha/Man)