Peringati HGN, Disdik Sumenep Gelar Macapat Pecahkan Rekor Dunia

oleh
Pagelaran Macapat memecahkan rekor dunia yang digelar Disdik Sumenep

Pena Madura, Sumenep, 25 November 2020 – Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep memiliki cara unik dan kreatif dalam memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2020 yang diperingati setiap 25 November.

Salah satu kegiatan yang menarik adalah gelaran pembacaan macapat terlama di dunia. Pembacaan macapat yang mencetak rekor baru itu berlangsung selama 84 jam non-stop.

Untuk mencetak rekor, pembacaan macapat yang dilakukan oleh 13 grup yang tersebar di 11 kecamatan, dilakukan sejak Minggu (22/11/2020) hingga Rabu hari ini di gedung Ki Hajar Dewantara Kota Sumenep. Pembacaan macapat akan berakhir bersamaan dengan kegiatan puncak HGN 2020 di Kabupaten Sumenep.

“Kegiatan itu bertujuan untuk mempertahankan warisan leluhur yang saat ini hampir punah. Makanya kami mengundang guru beserta anak didik di beberapa sekolah, untuk mengenalkan kembali kesenian macapat kepada generasi muda,” ujar ketua panitia pelaksana, Mohammad Saidi.

Menurut dia, kesenian macapat atau mamaca (bahasa Madura) mempunyai keunikan tersendiri mulai dari cara membaca hingga cara menulisnya. Bahkan butuh pembelajaran khusus untuk menguasainya.

Sementara di Sumenep, seniman macapat umurnya rata-rata sudah di atas 50 tahun. Sehingga Saidi khawatir jika tidak terus-menerus diajarkan kepada generasi muda, bisa punah dalam beberapa tahun ke depan.

“Kami sengaja mengundang sekolah untuk menonton macapat agar nanti bisa muncul kegiatan ekstrakurikuler untuk melestarikan macapat di Sumenep. Sehingga bisa mengetuk minat peserta didik untuk mempelajarinya. Kalau tidak dikenalkan sejak dini, saya khawatir kesenian warisan leluhur ini akan punah,” urai Saidi.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Sumenep, Carto menerangkan, dari pagelaran macapat itu pihaknya berharap kesenian yang mulai dilupakan generasi muda itu bisa mempunyai penerus agar keberadaannya terus terjaga.

“Kesenian macapat ini kan pemainnya sudah tua-tua, generasi muda nampaknya kurang begitu menyenangi. Makanya dengan pagelaran ini kedepan yang muda bisa juga ambil bagian. Sementara yang tua membimbing yang muda sehingga kesenian ini akan tetap lestari,” harapnya.

Sekadar informasi, pembacaan macapat dilakukan oleh dua orang, pembaca pertama bertugas membaca tulisan atau kitab bertulis arab yang memuat ragam cerita dengan langgam yang khas. Sedangkan orang yang kedua bertugas mengartikan. Macapat di Sumenep tidak jauh berbeda dengan seni serupa yang ada di Jawa. Cuma di Sumenep pemaknaannya lebih banyak menggunakan bahasa Madura. (Emha/Man).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *