Pemkab Sumenep Kenalkan Budaya Seni Macopat Dan Tari Sintung Kepada Gen Z

oleh
Bupati Achmad Fauzi Wongsujudo Berbincang Dengan Salah Satu Pemuda dalam Festival Macopat dan Tari Sintung

Penamadura.com, Sumenep 21 Januari 2024 – Festival Macopa merupakan salah satu kepedulian Pemerintah Kabupaten Sumenep untuk melestarikan budaya merupakan warisan para sesepuh di Madura. Macopat adalah budaya atau kesenian maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat suku kata.

Pemkab Sumenep berkomitmen untuk melestarikan budaya atau kesenian yang merupakan peninggalan para sesepuh dengan mengenalkannya kepada para pemuda agar mengenal dan ikut merawat kebudayaan atau kesenian yaitu dengan menggelar Festival Macopat, Tari dan Musik Tradisional.

Festival seni budaya ini bertempat di Pendopo Keraton Sumenep dengan melibatkan ratusan siswa SMA dan yang sederajat di Kabupaten Sumenep. Mereka dikenalkan kepada beragam kesenian yang ada, seperti Macopat dan Tari Sintung.

Pemerintah daerah memasukkan Festival Macopat, Tari, dan Musik Tradisional ke dalam kalender event Sumenep 2024, yang di bulan Januari mengusung tema edukasi.

Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, mengatakan kegiatan kali ini adalah bagian dari upaya Pemkab dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan daerah, serta terus mengenalkannya kepada Gen Z.

Keterlibatan para pemuda dalam kegiatan ini diharapkan para generasi muda, khususnya di kabupaten paling timur Pulau Madura, semakin mengenal Sumenep dan beragam budayanya secara utuh.

“Melalui festival ini, kami ingin para generasi muda bisa lebih kenal, kemudian sayang dan semakin cinta kepada Sumenep. Karena biasanya, ketika sudah cinta, seseorang itu akan melakukan yang terbaik bagi yang dicintainya,” kata Bupati Fauzi saat membuka festival macopat di pendopo keraton, Sabtu (20/1/2024) malam.

Suami Nia Kurnia Fauzi  itu mengungkapkan, bahwa daerah yang dipimpinnya tidak hanya memiliki potensi pariwisata luar biasa, namun juga kaya akan seni dan budaya.

Cak Fauzi, sapaan akrab Bupati Sumenep, mengaku tidak ingin seluruh kesenian dan kebudayaan di daerahnya yang notabene merupakan warisan leluhur hanya akan dikenang sebagai sejarah, namun tak bisa lagi dinikmati di masa depan karena tidak ada regenerasi.

“kegiatan ini merupakan bagian dari upaya regenerasi yang coba kami lakukan, dengan terus mengenalkannya kepada generasi muda kita,” terang Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep tersebut.(Man/Emha)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *