Pembangunan Pelabuhan Gili Iyang Jadi Polemik, Camat Dungkek Minta Pihak Terkait Duduk Bersama Masyarakat

oleh
Moh. Zaini, Camat Dungkek. Gubernur Jatim Khofifah saat mengunjungi Gili Iyang melalui Pelabuhan Banraas

Pena Madura, Sumenep, 15 Oktober 2019 Pembangunan Pelabuhan Gili Iyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur hasil bantuan dari Gubernur menjadi polemik di masyarakat Gili Iyang. Sehingga pembangunannya berpotensi tidak lancar karena tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Polemik itu muncul karena titik pelabuhan diduga dialihkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Sumenep selaku pengguna anggaran, dari awalnya meneruskan pelabuhan di Desa Banraas ke membangun dari titik nol di Desa Bancamara. Sehingga jika itu dilanjutkan berpotensi tidak bisa dimanmanfaatkan maksimal, apalagi panjangnya tidak lebih dari 100 meter.

Menanggapi permasalahan diatas, Camat Dungkek, Moh. Zaini meminta pihak terkait untuk duduk bersama dengan masyarakat agar pembangunan pelabuhan dititik Gili Iyang yang memakan anggaran Rp. 17 Miliar itu bisa lancar dan bisa dimanfaatkan kedepannya.

“Kami minta pihak terkait agar duduk bareng, karena di masyarakat kami pembangunan pelabuhan itu menjadi polemik. Saat ini masih terjadi tarik menarik antara di Baanraas atau di Bancamara. Kalo kami menginginkan mana yang lebih efisien dan betul-betul bermanfaat bagi masyarakat,” katanya. Selasa (15/10/2019).

Zaini mengaku, kapasitasnya tidak bisa menentukan titik lokasinya. Oleh karena itu ia meminta agar pihak terkait dalam hal ini Dishub Sumenep untuk duduk bersama masyarakat agar bisa tahu kebutuhan warganya. Ia tidak menghendaki keberadaan pelabuhan yang direncanakan panjangnya hanya 100 meter itu justru tidak termanfaatkan seperti yang ada di Desa Banraas saat ini.

“Harapan saya pihak terkait duduk bersama dulu, saya pribadi karena baru juga belum pernah diajak bermusyawarah. Jadi jika itu dilakukan kami bisa tahu apa yang sebenarnya menjadi harapan masyarakat,” tambahnya.

Dari informasi yang dihimpun pihaknya, sebenarnya masyarakat menginginkan pembangunan pelabuhan itu melanjutkan dititik Banraas karena jika dipaksakan dari titik nol, anggaran Rp. 17 M itu hanya tidak lebih dari 100 meter. Sementara pelabuhan yang ada di Banraas saat ini panjangnya sudah 100 meter dan tidak termanfaatkan dengan baik karena kurang panjang.

“Sebenarnya masyarakat menginginkan melanjutkan di Banraas. Jadi yang ada saat ini diperpanjang manfaatnya akan lebih maksimal, apalagi tingkat kedangkalan pantai di Gili Iyang sangat jauh,” tuturnya.

Zaini melanjutkan, pihaknya pesimis pembangunan pelabuhan Gili Iyang selesai 29 Desember 2019, karena berdasarkan evaluasinya hingga kini belum ada kegiatan berarti di titik pembangunan. Belum lagi muncul polemik di masyarakat.

“Berdasarkan evaluasi kami, belum ada kegiatan yang signifikan di lokasi, jadi kami pesimis pembangunan itu selesai tepat waktu. Kemarin cuma ada surat kepada kami untuk dibantu secara moril, itu saja,” tegasnya.

Pembangunan pelabuhan Gili Iyang itu, merupakan hasil bantuan dari Pemprov Jatim. Gubernur Khofifah pada bulan Mei lalu menyerahkan bantuan dana Rp. 60 Miliar agar pelabuhan Dungkek dan Gili Iyang segera dibangun agar akses ke Pulau Oksigen lebih refresentatif.

Dalam perjalanannya dua pelabuhan tak kunjung dilaksanakan hingga masuk triwulan terkahir. Bahkan untuk titik dungkek sudah dipastikan tidak bisa selesai tahun ini, karena masih dalam proses penganggaran. Sementara untuk titik Gili Iyang diduga dialihkan oleh Dishub Sumenep selaku pelaksana dengan alasan tidak sesuai harapan.

Kondisi itu sempat menuai protes dari Mantan Kepala Desa Banraas, H. Mathor. Menurutnya pemindahan lokasi pembangunan pelabuhan tidak sesuai dengan harapan masyarakat Gili Iyang. Padahal dari awal pihak provinsi sudah menentukan lokasi di Banraas melanjutkan pelabuhan yang ada dengan mempertimbangkan tingkat kedangkalan pantai di Pulau Gili Iyang.

“Kalau dimulai dari titik nol di Bancamara sudah pasti tidak akan bermanfaat. Saat ini di Banraas yang 100 meter saja tidak bisa digunakan karena pantai kami dangkal. Belum lagi titik di Bancamara itu berada di selatan pulau. Disitu kalau sudah angin timur ombaknya kencang, dan itu berlangsungnya lebih lama ketimbang angin barat,” kata pria yang akrab disapa Ji Ong itu. (Emha/Man).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *