Nasib Balita Ini Terlahir Tanpa Anus, Mau Operasi Lagi Gagal Karena Tak Punya Biaya

oleh
Mohammad Azka Habibi (13) Balita Terlahir Tanpa Anus bersama Ibunya

Pena Madura, Sumenep, 28 September 2021 – Setiap orang tua yang sudah membina rumah tangga pasti menginginkan kehadiran buah hati, namun bagaimana jika di anugerahkan buah hati yang tidak sempurna seperti anak pada umumnya, tentu sebagai orang tua harus tetap menerimanya dengan penuh kasih sayang.

Kondisi itu dialami pasangan suami istri Addus dan Samaniyah warga Desa Manding Laok Kabupaten Sumenep, Madura Jawa timur, pasutri ini tentu tak pernah menyangka akan dikaruniai seorang anak tanpa memiliki anus, putra keduanya itu diberi nama Muhammad Azka Habibi saat ini usianya sudah 13 bulan.

Melihat anaknya terlahir tanpa anus, kedua orang tuanya langsung membawa anaknya ke rumah sakit dengan harapan anaknya bisa dibuatkan lubang anus agar bisa buang air besar sebagaimana balita normal, akhirnya anaknya bisa dibuatkan lubang anus buatan melalui operasi di rs dokter Soetomo Surabaya, oleh dokter anak tersebut dibuatkan lubang anus di perutnya dan kemana-mana harus menggunakan kantong buatan ditempelkan di perutnya untuk tempat buang air besar setiap hari.

Selesai dilakukan operasi anus buatan, orang tua balita malang tersebut disarankan untuk kembali dalam beberapa bulan kemudian ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan operasi lanjutan pembuatan anus.

“operasi pertama sudah selesai, kami di suruh kembali lagi untuk operasi lagi katanya,” terang Addus, orang tua balita, Selasa (28/09/2021).

Sekitar tiga bulan lalu pasutri yang bekerja sebagai kuli bangunan tersebut setelah mengumpulkan sejumlah uang, mereka dengan surat rujukan dari rumah sakit daerah Sumenep akhirnya berangkat ke Surabaya, namun sampai di Surabaya mereka disuruh menunggu, hingga tiga hari tidak ada kepastian mereka akhirnya kembali pulang ke Sumenep karena tidak punya biaya untuk tinggal berlama-lama di Surabaya.

“tiga bulan lalu saya sudah minta rujukan ke rumah sakit Sumenep berangkat ke Surabaya saya tiga hari menunggu, karena antreannya masih lama saya pulang karena tidak punya biaya di Surabaya ngekos,” katanya.

Sementara setiap hari anak tersebut harus ganti kantong untuk buang kotoran, sampai sekarang dia belum kesampaian untuk kembali membawa anaknya menjalani operasi kedua ke Surabaya karena tidak punya biaya, mereka hanya berharap ada pihak yang mau membantu agar anaknya bisa hidup normal seperti anak-anak lainnya.(Man/Emha)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *