Pena Madura, Sumenep, 13 Oktober 2020 – Penolakan pengesahan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja, tak hanya dilakukan oleh aktivis laki-laki saja. Dibeberapa daerah aktivis perempuan justru tampil didepan bersuara lantang mengecam UU yang banyak poinnya tak berpihak pada rakyat kecil.
Di Kota Makassar, video orator perempuan dengan narasi “Pancasala” viral diberbagai media sosial. Sosoknya tidak lain yakni Nabila Syadza. Ia merupakan aktivis kampus yang berjuluk “Preman Kampus” di Universitas Hasanudin (Unhas) karena kegigihannya memperjuangkan suara kaum tertindas.
Pada aksi penolakan UU Cipta Kerja kali ini, Nabila tak gentar menerobos aktivis laki-laki. Dengan hanya menggunakan kaos hitam dan celana jins, ia melantangkan suara penolakannya melalui megaphone ditangannya sambil terlihat sebatang rokok terselip dijari tangannya.
Di Sumenep, Madura, Jawa Timur, sosok Arisya Dinda NP tak kalah viral. Dua kali gelombang demonstrasi penolakan atas UU yang dianggap berpihak pada kapitalis itu, Dinda selalu tampil didepan menyampaikan orasinya dari mobil komando.
Dinda, Sapaan akrabnya, tak lain merupakan mahasiswa semester V (lima) di Universitas Wiraraja Sumenep. Ia merupakan gadis asal Desa Talang, Kecamatan Saronggi yang mewakili suara perempuan di Kota Sumekar agar didengar para pejabat di republik ini.
Dinda menjadi salah satu orator saat Aliansi Mahasiswa Sumenep (AMS) berdemo di Kantor DPRD setempat beberapa waktu lalu. Kemarin, Senin (12/10/2020) ia juga tak ciut bersama PMII dan GMNI berorasi dari mobil komando mengecam pengesahan Omnibus Law itu.
Baginya, mau kelamin laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama untuk menjadi aktivis dan tampil didepan membela ketidakadilan.
“Bagi saya perempuan merupakan aktor penting dalam perubahan, perempuan harus bangkit dan melawan penindasan,” ucapnya.
Mahasiswa Fakultas Teknik itu menegaskan, bukan saatnya lagi perempuan dianggap lemah. Bahkan ia mengajak para aktivis perempuan untuk beranian mengkritik dan memberangus setiap bentuk ketidak adilan.
“Mari kaum perempuan, kawan-kawan perempuan, sahabati-sahabati semua kita bangkit dan melawan setiap tirani di negeri ini. Kita punya hak dan kewajiban yang sama untuk berjuang demi masa depan negeri,” ungkapnya.
Kedua aktivis perempuan Nabila Syadza dan Arisya Dinda itu, diketahui mempunyai kesamaan yakni sama-sama perokok. Bahkan saat foto-foto Dinda sedang merokok tersebar dimedsos, menurutnya tak akan berpengaruh pada semangat perjuangannya membela hak-hak rakyat.
Ia mengatakan, jika tersebarnya foto-fotonya merupakan upaya oknum-oknum untuk mempersekusi aktivis perempuan. Aksi itu menurutnya tak sedikitpun mengganggu mentalnya untuk menyuarakan suara rakyat. (Emha/Man)