Pena Madura, Sumenep 22 Desember 2019 – Tinggal di gubuk bambu seorang diri dan menggantungkan hidup dari menjual sapu lidi, Nenek Dayyarah (82) warga Kecamatan Gapura Sumenep mengaku tidak pernah mendapat bantuan program kesejahteraan dari Pemerintah.
Kondisi Nenek Dayyarah yang hidup seorang diri dirumah Bambu seluas kurang lebih 5 X 2 meter di dusun dikkodik Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura, membuat wakil Bupati Sumenep, Ahmad Fauzi, merasa prihatin.
“kedepan kita harus punya program untuk memperhatikan warga kurang mampu seperti Nenek Dayyarah ini,” kata Ahmad Fauzi, Wakil Bupati Sumenep, saat melihat langsung Nenek Dayyarah di rumahnya, Ahad (22/12/2019).
Menurut Politisi PDI Perjuangan tersebut, peduli dengan nasib warga yang hidup sebatangkara apalagi sudah lanjut usia sebenarnya menjadi kewajiban bersama warga masyarakata dan Pemerintah, sehingga perlu ada sinirgi agar kesenjangan social antar warga di Sumenep semakin dekat.
“Kondisi seperti ini harus menjadi perhatian bersama masyarakat dan Pemerintah agar bisa saling membantu sehingga mereka bisa hidup layak,” terangnya.
Nenek Dayyarah mengaku setiap hari dirinya menggantungkan hidupnya dari hasil menjual sapu lidi yang dibuatnya sendiri, diusianya yang sudah lanjut ia mengaku setiap hari hanya mampu menghasilkan satu sapu lidi, kemudian dijual kepada langganannya seharga seribu rupiah.
“Sabben are kaule agebei olle sittung mun dua’an tak mampu (setiap hari saya bikin sapu lidi dapat satu, kalau dua saya tidak mampu)” kata Dayyarah.
Hasil dari menjual sapu lidi tersebut kemudian dibelanjakan untuk membeli beras dicampur jagung kemudian setiap dimasak hanya secangkir, kemudian dimakan dengan mangga sebagai pengganti ikan.
“manabi amassak sa’are sacangker ekakan sa’are ajukok pao (kalau masak sehari satu cangkir kemudian dimakan sama mangga)” katanya.
Melihat hidup Nenek Dayyarah yang memprihatinkan, Fauzi berjanji akan terus memantau kondisinya setiap saat dan memberikan bantuan sembako untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari.[Man/Emha]