Penamadura.com, Sumenep 4 Oktober 2018 – Keinginan Para pecinta kerapan Sapi betina untuk melestarikan warisan budaya leluhur patut diapresiasi semua pihak, sebab meski tidak pernah ada perhatian Pemerintah selama 62 tahun berjalan, Budaya kerapan Sapi betina di Pulau Giliraje tetap lestari.
Lestarinya budaya kerapan sapi yang satu ini karena kepedulian para pecinta budaya di Kepulauan Giliraje sangat kuat untuk menjaga nilai budaya warisan nenek moyang dalam rangka menjalin silaturrahmi pecinta kerapan sapi betina se-pulau Giliraje Kecamatan Gili genting Sumenep, Madura Jawa timur.
“Kami dan teman-teman ingin melestarikan warisan budaya nenek moyang kami yaitu Kerapan Sapi Betina di Pulau Giliraje ini” kata Ritsono Hardiansyah, ketua Paguyuban Kerapan Sapi Betina Giliraje, Rabu (3/10/2018).
Kerapan Sapi betina berbeda dengan kerapan Sapi jantan yang mengadu kecepatan lari, kerapan sapi betina yaitu sepasang Sapi betina yg bertubuh kekar dihias dengan aneka aksesoris yang mencolok lengkap dengan peralatan membajak seperti sapi hendak membajak diladang atau sawah.
Permainannya juga berbeda, yaitu puluhan pasang sapi dibawa ke lapangan luas dan tandus kemudian bersama-sama keliling lapangan seperti halnya petani membajak, kemudian baru dikerap dua pasang bersama secara beriringan, terakhir yaitu kerap tunggal keliling lapangan sebanyak satu kali.
“Permaiannya pertama semua peserta keliling dilapangan satu kali, kemudian dikerap dua-dua, terakhir kerap tunggal” kata Ritsono, menambahkan.
Joki kerapan sapi betina harus mampu mengendalikan dan menyesuaikan kemampuan berlari dengan sapinya, sehingga banyak joki yang harus diganti di tengah permainan karena nafasnya tidak kuat.
Uniknya dalam kerapan sapi betina ini tidak ada penilaian khusus ataupun hadiah, karena tujuannya hanya ingin melestarikan budaya, namun bagi sapi yang bodynya bagus dan larinya kencang akan bisa menaikkan harga jual sapi itu sendiri, bahkan harganya bisa mencapai Rp. 150 juta Sepasang.
Para pecinta budaya kerapan sapi betina di Pulau Giliraje ini mendapat perhatian serius pemerintah dan ditampilkan setiap ada even besar ditingkat Kabupaten, sehingga budaya kerapan kerapan sapi betina ini bisa dikenal lebih luas sebagai kekayaan budaya lokal masyarakat Madura.Man/Emha