Pena Madura, Sumenep, 22 Agustus 2020 – Nama lengkapnya Kinanti Yuarsyanda, usianya kini baru menginjak 15 tahun. Tak seperti remaja putri kebanyakan di Sumenep, Madura, masa bermainnya justru ia gunakan untuk menulis.
Diusinya yang masih belia itu, ia sudah mampu menerbitkan buku kumpulan cerita pendek (Cerpen) berjudul Catatan Harian Kinant. Dalam bukunya itu, ia menyampaikan kritik sosial dan kegelisahan yang ditemui dilingkungan disekitarnya.
Kinant, panggilan akrabnya, mengaku mulai tekun menulis karya sastra cerpen semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Suka duka menyelesaikan buku tentu telah dirasakan.
Apalagi, diusianya yang masih sangat muda, namun ia sudah membuktikan hambatan maupun rintangan telah mampu dilaluinya. Menyelesaikan bukunya itu tidak mudah karena masih harus membagi waktu antara belajar, bermain dan menulis.
“Saya ingin menyampaikan semua kegelisahan sekaligus kritik sosial dalam buku itu,” Ucapnya, dalam kegiatan yang bertajuk Bincang Inspiratif dengan Kinant, Sabtu (22/8/2020).
Kinant bercerita jika dirinya menuntaskan buku setebal 74 halaman itu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Sebanyak delapan judul kumpulan cerita pendek mampu ia terbitkan. Inspirasi dari penulisan Buku itu sendiri yakni dari kehidupan sehari-hari, buku yang ia baca, hingga film yang ia tonton.
Anak dari pasangan suami istri Sukahar dan Dwi Yusa Fitri yang lahir di Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep itu, menuturkan kritik yang disampaikan lewat bukunya salah satunya yakni mengenai rasa egois yang pada dasarnya dimiliki setiap manusia.
“Kedepan saya akan terus berkarya untuk mengeluarkan buku kedua berupa novel. Alhamdulillah Buku pertama ini berhasil terbit, karena ini penting sebagai motifasi bagi saya untuk terus berkarya.”tutupnya. (Emha/Man).