Pena Madura, Sumenep, 06 Agustus 2018 – Meski sebagian sudah memasuki musim panen, petani tembakau di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur tak lantas gembira. Yang da justru mereka was-was akan nasib tembakaunya, khawatir harganya tak sesuai harapan.
Seperti yang dialami Sukmo, salah satu petani tembakau di Kecamatan Bluto, Sumenep. Dia mengeluh karena hingga kini harga tembakau belum bisa membuat gembira. Dia mengaku masih terfikir dengan harga tembakau yang beberapa tahun terakhir selalu membuatnya merugi.
“Saya selalu menunggu dan menunggu terus setiap tahun, namun selalu sama tak buat saya gembira,” keluhnya. Senin (6/8/2018).
Menurut Sukmo, tahun ini dia menanam tembakau sebenarnya terpaksa, karena jika tidak menanam tembakau maka tidak ada penghasilan lain yang bisa membuat dia dan keluarganya bertahan hidup.
“Ya mau gimana lagi, ini sudah kerjaan setiap musim kemarau. Kalau tidak tembakau apa lagi. Tapi nanamnya sekarang tidak sebanyak tahun lalu,” katanya.
Sukmo melanjutkan, harga tembakau yang wajar untuk petani saat ini seharusnya diatas 70 ribu rupiah perkilo gram. dengan harga ini petani baru bisa mendapatkan keuntungan. Menurutnya, saat ini harga bibit mahal, belum lagi biaya pupuk dan perawatannya.
Sementara Abd. Hamid, Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Sumenep, saat ditemui mengaku pemerintah tidak bisa apa-apa dalam mematok harga tembakau. Semunya tergantung harga pasar dan kualitas tembakau.
“Kita tidak bisa memaksa pabrikan untuk menyerap tembakau, apalagi membuat patokan harga. Kita hanya menunggu dari Provinsi Jawa Timur,” kata Hamid.
Menurut Hamid, pabrikan akan membeli dengan harga tinggi jika kualitas tembakau bagus, begitu juga sebaliknya. Apalagi tahun ini realisasi tanam tembakau di Sumenep hanya sekitar 50 persen dari target, dari target awal sebanyak 21.823 hektar, hanya tercapai 10.250 hektar.(Emha/Man).