Pena Madura, Sumenep, Kamis 25 April 2019 – Puluhan mahasiswa yang mengatasnamakan Barisan Pemuda Pemerhati Masyarakat (BPPM) Sumenep, Madura, Jawa Timur, melakukan aksi demonstrasi ke Rumah Dinas (Rumdis) Bupati Sumenep, A. Busyro Karim. Kedatangan mahasiswa itu menyikapi ketidaktegasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep terhadap tambak udang yang tidak berizin.
Mahasiswa menyasar Rumdis Bupati karena berharap ditemui langsung oleh orang nomor satu di kabupaten paling timur di Pulau Madura itu, karena sudah lebih lima kali turun jalan dan audiensi tak kunjung ditemui bupati. Dengan membawa spanduk kecaman, mahasiswa melampiaskan kekecewaannya pada Pemkab Sumenep, khususnya Bupati Sumenep, A. Buyro Karim.
“Kita sudah lima kali melakukan aksi, namun Bupati Busyro tak jua menemuai kita. Padahal kita ingin diskusi langsung terkait persoalan tambak udang di Sumenep. Ada apa ini?!,” kecam Sutrisno, Korlap aksi BPPM. Kamis (25/04/2019).



Mahasiswa menuding pemkab tidak tegas menutup tambak udang tak berizin di Sumenep. Seperti tambak yang mereklamasi pantai di Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto yang sudah beroperasi sejak tahun 2015. Padahal menurut mahasiswa, keberadaan tambak itu sudah mengancam keselamatan masyarakat sekitar.
“Pemkab ini tidak becus mengurus persoalan tambak. Di Pakandangan misalnya, sudah tidak berizin masih lakukan reklamasi. Hasil investigasi kami, warga sangat terganggu karena akibat reklamasi itu ombak besar sering kali menghantam pemukiman warga,” tegasnya dalam orasinya.
Pria yang akrab dipanggil Tris itu menuduh pihak Satpol PP selaku penegak perda tidak tegas. Menurutnya, meski sudah dipasang spanduk penutupan namun nyatanya aktivitas tambak tersebut hingga kini tetap berlangsung. Anehnya lagi itu tidak dilakukan kontrol.
“Katanya sudah ditutup. Tapi ketika kami observasi aktivitas masih berlangsung dan pekerja tambak dari daerah jawa masih bertahan dilokasi dan digaji oleh pemilik tambak. Tak ada gunanya spanduk penutupan dipasang tapi tidak di kontrol oleh Satpol PP,” lanjutnya.
Mahasiswa mencurigai ada main mata antara pihak Satpol PP dan pemilik tambak. Padahal sudah jelas-jelas tambak reklamasi itu meresahkan masyarakat di desa tersebut karena mata pencaharian dan ketentraman mereka terganggu, belum lagi limbahya yang tidak sesuai dengan amdal.
Aksi mahasiswa ini sempat menyita perhatian pengguna jalan di depan Rumah Dinas Bupati karena spanduk kecaman mereka dibentangkan pada kendaraan yang diparkir hampir menempati separuh jalan. Mahasiswa mengaku akan tetap bertahan di depan pintu rumah dinas hingga Bupati A. Busyro Karim menemui mahasiswa. (Emha/Man)