90 Ribu Ton Garam Rakyat Tak Terserap, Petani; Kemana Dana Miliaran untuk Penyerapan?

oleh
Tumpukan garam rakyat menggunung disepanjang jalan Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Sumenep

Pena Madura, Sumenep, 09 Juni 2020 – Akibat harga garam anjlok dan minimnya penyerapan, 90 ribu ton garam petani di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur tak terbeli. Garam rakyat hasil produksi tahun 2019 lalu itu saat ini menumpuk dipinggir jalan dan dilahan-lahan petani ini.

Didua desa sentra penghasil garam, Desa Pinggir Papas dan Desa Karanganyar itu setiap tahun mampu mengasilkan garam hingga ratusan ribu ton. Selain ada tambak milik petani didaerah tersebut juga terdapat tambak milik PT Garam, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pegaraman.

Berdasarkan keterangan petani, awalnya jumlah tumpukan garam milik itu ratusan ton, namun karena terdesak kebutuhan sehari-hari beberapa petani terpaksa menjualnya meskipun rugi diharga Rp 350.000 perton untuk KW1, dan Rp 250.000 untuk KW2.

Bahkan, saking tingginya tumpukan garam milik petani, saat media ini ke lokasi ada yang ambruk ke tengah jalan, seperti garam milik Sahirudin, warga Desa Pinggir Papas. Ia mengaku sengaja tidak menjual garamnya karena harganya sangat murah tidak cukup mengganti biaya produksi.

Padahal, menurut pengakuan Sahirudin, agar garamnya bisa sampai ke pinggir jalan, tiap karung membutuhkan biaya sekitar Rp 5.000. Itu hanya untuk biaya karung, pengemasan dan kuli angkutnya, bekum lagi biaya saat produksi ditambak.

“Harganya saat ini tidak nutut, perkarung saja untuk sampai kesini biayanya hampir lima ribu. Padahal untuk satu ton minimal 20 karung. Dengan harga sekarang rugi, belum lagi polibek ditambak,” katanya, Selasa (9/6/2020).

Ia menambahkan, kebanyakan petani memilih tidak menjual garam hasil produksi tahun 2019 lalu, apalagi perusahaan saat ini membatasi pembelian garam petani.

“Bagaimana lagi ini sudah jadi penghasilan kami, meskipun murah nanti jika musim kemarau kemungkinan akan tetap kerja garam,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Suharto, ia menceritakan saat ini perusahaan yang melakukan pembelian garam hanya perusahaan swasta, itupun kuotanya terbatas. Sementara PT Garam selaku kepanjangan tangan pemerintah menurutnya tidak melakukan pembelian garam rakyat.

“Petani yang jual garam itu ke Surabaya, itupun dibatasi pengirimannya. Kalau PT Garam yang saya dengar tidak melakukan penyerapan saat ini,” terangnya.

Dengan intonasi meledak-ledak, ia mempertanyakan komitmen PT Garam yang saat ini sudsh berkantor di Kalianget. Bahkan ia mempertanyakan dana miliaran yang dikucurkan pemerintah yang seharusnya digunakan untuk penyerapan garam rakyat.

“Gak tahu itu PT Garam, kemana itu dananya kok tidak menyerap garam kami. Padahal yang kami dengar mereka masih punya sisa dana miliaran, kalo gak keliru sisa tahun lalu tapi nyatanya sampai sekarang tidak melakukan penyerapan,” tutupnya. (Emha/Man).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *