Ajak Hargai Profesi Guru, Akhmad Fairusi Bagi-Bagi Buku “Panggil Aku Guru”

oleh
Akhmad Fairusi saat memberikan buku kepada Ketua PB PGRI Unifah Rosyidah

Pena Madura, Sumenep, 17 Nopember 2018 – Pada momentum Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang digelar di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Akhmad Fairusi mengajak semua kalangan untuk lebih menghargai profesi guru.

Ajakan tersebut ia lakukan dalam bentuk bagi-bagi buku berjudul “Panggil Aku Guru”. Buku tersebut merupakan hasil karyanya sendiri sebagai bentuk keperduliannya kepada dunia pendidikan, khususnya profesi guru.

Buku tersebut ia bagikan secara gratis kepada para guru-guru se Jawa Timur yang hadir di GOR A, Yani Sumenep, kepada Ketua PB PGRI, Unifah Rosyidah, Ketua PGRI Sumenep, Kabid GTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, hingga kepada Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.

Pria yang akrab disapa Fairus ini menuturkan, buku “Panggil Aku Guru” Membangun Kembali Profesionalisme, Citra dan Kewajiban Guru di Masyarakat, karena melihat adanya fenomena degradasi dan dekandensi ditengah masyarakat.

“Buku ini salah satu upaya untuk mengembalikan harkat dan martabat guru seperti dulu. Terlepas dari plus-minusnya, mereka adalah guru kita yang harus kita hargai agar tidak terjadi lagi pelecehan kepada guru, baik yang dilakukan oleh siswa maupun masyarakat seperti  yang terjadi belakangan ini,” ungkap pria yang lahir pada 08 November 1974 dari pasangan Moh. Rifa’ie dan farida itu. Sabtu (17/11/2018).

Lebih lanjut, Ketua Ikatan Guru Indonesia masa bhakti 2016-2021 tersebut mengajak agar para siswa kedepan memanggil gurunya dengan panggilan “Guru” bukan “Pak” seperti yang terjadi saat ini .

“Jangan Pak Nono, Pak Rusydi atau yang lainnya, tapi panggillah beliau dengan Guru Nono dan Guru Rusydi. Itu akan lebih mengangkat harkat, citra dan martabat profesi beliau sebagai guru baik di Indonesia maupun di Sumenep” katanya.

Ia berharap bagi-bagi buku “Panggil Aku Guru” secara gratis itu, bisa menginspirasi Pemerintah Kabupaten Sumenep yang selanjutnya bisa dilanjutkan ke pemerintah pusat untuk bisa dijadikan gerakan nasional.

Sementara untuk penulisan buku “Panggil Aku Guru”, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep tersebut mengaku terinspirasi dari orang tuanya yang juga berprofesi sebagai guru.

Meski sudah lama pensiun, Fairus Melanjutkan, murid-muridnya di Pulau Sapeken Sumenep hingga kini masih memanggilnya dengan sebutan “Guru”. Panggilan “Guru” tersebut sangat menyentuh sebagai bentuk penghormatan kepada profesi guru yang pernah dijalani. (Emha/Man).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *